BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara konseptual, pendidikan mencakup ranah perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan mengenai (sumber daya manusia, sumber belajar, kurikulum, dana, dan fasilitas) untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.[1] Dengan demikian, perencanaan pendidikan mempunyai peran penting dalam mengawali tahapan yang harus ditempuh dalam proses manajemen pendidikan sebagai panduan bagi pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan.
Dalam kacamata Roger A. Kauffman yang dikutip oleh Nanang Fattah[2] dan pandangan Melayu P. Hasibuan,[3] perencanaan merupakan suatu proyeksi tentang apa yang harus dilaksanakan guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai suatu proyeksi, perencanaan memiliki unsur kegiatan mengidentifikasi, menginventarisasi dan menyeleksi kebutuhan berdasarkan skala prioritas, mengadakan spesifikasi yang lebih rinci mengenai hasil yang akan dicapai, mengidentifikasi persyaratan atau kriteria untuk memenuhi setiap kebutuhan, serta mengidentifikasi kemungkinan alternatif, strategi, dan sasaran bagi pelaksanaannya.[4] Lebih lanjut, kebutuhan terhadap perencanaan pendidikan diakibatkan oleh adanya kompleksitas masyarakat dewasa ini, seperti masalah jumlah penduduk, kebutuhan akan tenaga kerja, masalah lingkungan, dan adanya keterbatasan sumber daya alam.[5] Hal tersebut, secara khusus diulas oleh Banghart dan Trull +bahwa:
“The need for planning arose with the intensified complexcities of modern technological society. Problems such as population, manpower needs, ecology, decreasing natural resources and haphazard aplication of scientific developments all place demand on educational institutions for solution”.[6]
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih mengalami krisis besar karena perkembangan dan kebutuhan akan pendidikan tidak dapat terpenuhi oleh sumber-sumber yang tersedia, turbulensi keadaan sosial-politik dan krisis kepemimpinan.[7] Karenanya, banyak suara kritis yang muncul dari “lisan” sarjana pendidikan, sebut saja Philip H. Coombs[8] menghimbau agar pendidikan direncanakan secara seksama, matang dan penuh kehati-hatian. Hal ini, dapat ditempuh dengan cara melihat pada keterbatasan yang ada dan diarahkan kepada penyelenggaraan pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat.[9]
Pengentasan permasalahan pendidikan perlu dilakukan secara komprehensif. Dalam hal ini, Banghart dan Trull[10] merekomendasikan beberapa hal yang harus dicermati dalam merencanakan pendidikan, di antaranya: (1) mengidentifikasi berbagai kebijakan terkait dengan sistem pendidikan; (2) mengevaluasi dan mempertimbangkan berbagai alternatif metode pendidikan dan dalam kaitannya dengan masalah-masalah khusus pendidikan; (3) mencermati masalah-masalah kritis yang memerlukan perhatian, penelitian, dan pengembangan; (4) mengevaluasi keunggulan dan kelemahan sistem pendidikan yang ada; serta (5) melaksanakan kajian terhadap sistem pendidikan dan komponen-komponennya. Perencanaan berfungsi sebagai pemberi arah bagi terlaksananya aktivitas yang disusun secara komprehensif, sistematis, dan transparan.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang paling realistis untuk dilaksanakan dan sesuai dengan yang direncanakan.[11] Melalui perencanaan dapat dijelaskan tujuan yang akan dicapai, ruang lingkup pekerjaan yang akan dijalankan, orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan itu, berbagai sumber daya yang diperlukan, serta langkah-langkah dan metode kerja yang dipilih berdasarkan urgensi dan prioritasnya.[12] Hal tersebut, menjadi arah dan panduan dalam mengorganisir unsur manusia dalam pendidikan, pengerahan, dan pemanfaatan berbagai sumber daya guna menunjang proses pencapaian tujuan dan dapat dijadikan sebagai alat pengendalian tentang pencapaian tujuan.[13]
Denga demikian, kekeliruan dan kesalahan semestinya dapat dihindari dengan adanya rencana pendidikan yang komprehensif, terintergrasi, dan berdasarkan pada pemilihan strategi yang tepat. Ketepatan dan keberhasilan dalam perencanaan menjadi barometer suksesnya pelaksanaan kegiatan dan bermaknanya proses pengendalian kegiatan serta menjadi kunci bagi efisiensi pemanfaatan berbagai sumber daya dan efektivitas dalam pencapaian tujuan.
Lebih lanjut, penting kiranya dalam makalah sederhana ini dibahas dua hal tentang rencana pendidikan, yaitu:
a. Bagaimana problematika perencanaan pendidikan?
b. Bagaimana peranan dan fungsi perencanaan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Problematika
Perencanaan Pendidikan
Masalah yang terjadi dalam proses
perencanaan pendidikan di Indonesia menjadi kendala tersendiri untuk mencapai
tujuan pendidikan. Ada beberapa masalah dalam perencananaan pendidikan yang
dilihat dari berbagai aspek, yaitu:
1. Aspek Sosiologis
Setiap kebijakan baru yang dilaksanakan dalam
suatu rencana pendidikan, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial
dan perilaku masyarakat.[14] Oleh
sebab itu, para perencana, pengambil kebijakan dan pelaksana pendidikan perlu
memerhatikan aspek sosiologis, terlebih lagi aspek sosiologis keagamaan yang
berkaitan erat dengan gagasan-gagasan di bidang pendidikan, seperti aspirasi
masyarakat terhadap pendidikan, pengaruh perencanaan pendidikan terhadap
masyarakat, hal-hal tabu sanksi sosial yang berhubungan dengan pendidikan,
serta pengaruh budaya dan tekanan-tekanan dari luar terhadap perencanaan
pendidikan.
a. Aspirasi
Masyarakat Terhadap Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana yang efektif
dalam melakukan perubahan sosial.[15] Sekolah
sebagai lembaga sosial pendidikan berfungsi mentransmisikan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat dan kebudayaan pada saat itu.[16] Dalam
pendidikan transformatif, peserta didik berperan penting dalam perubahan pada
diri mereka sendiri.[17] Peran guru hanyalah sebagai fasilitator yang
mendukung terhadap perkembangan dan perubahan positif yang diciptakan oleh
peserta didik. Perubahan itu bergerak kepadasesuatu bentuk yang sudah ada
didalam waktu yang lampau.[18]
Pemerataan kesempatan memperoleh
pendididkan harus terjamin, karena pendidikan diyakini dapat mengubah dan
memperbaiki taraf hidup dan kehidupan seseorang.[19]
Oleh karenanya, perencanaan pendidikan dihadapkan pada dua kendala yaitu:
1)
Permasalahan individu dan masyarakat belum mendapatkan
pendidikan secara mudah dan merata dalam kondisi fasilitas dan biaya pendidikan
yang serba terbatas.
2)
Masih ada perbedaan mutu dan fasilitas
pendidikan antara pendidikan yang ada di desa dan kota walaupun kesempatannya
sama. Keberhasilan pendidikan banyak ditentukan oleh mutu guru, fasilitas,
ekonomi orang tua, dan sebagainya.[20]
Dengan demikian, guna menghadapi kendala di
atas, para perencana harus dapat memanfaatkan fasilitas dan dana yang tersedia
atas prinsip pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, dan bekerjasama
dengan unsur lain memikirkan batas-batas kebutuhan pasaran tenaga kerja, berapa
banyak output pendidikan yang dapat diserap oleh pranata ekonomi dan sosial.
Di sini para perencana pendidikan dituntut memiliki kemampuan untuk menyusun
rencana, berapa yang diperlukan untuk mendapatkan kesempatan belajar sampai
pada tingkat pendidikan tertentu sesuai kebutuhan setelah melalui seleksi
secara terbuka dan rasional.
b. Pengaruh
Perencanaan Pendidikan Terhadap Masyarakat
Beberapa pengaruh pendidikan yang menimbulkan
pandangan dan anggapan ketidakadilan dapat dilihat melalui fenomena berikut. Pertama,
seleksi yang ketat untuk memasuki program studi tertentu di perguruan tinggi
dalam rangka menyediakan tenaga kerja yang bermutu tinggi tapi tidak melebihi
jumlah yang dibutuhkan.[21] Kedua,
pembangunan sekolah yang belum merata karena keberadaan biaya yang
terbatas.[22]
Ketiga, perbedaan kemajuan pendidikan sebagai akibat perbedaan kemampuan
ekonomi antara daerah yang satu dengan yang lain.[23] Keempat,
terkadang masyarakat menentang gagasan penerapan metode mengajar yang baru.[24]
Perencana pendidikan harus menyadari dan
menerima sebagai kenyataan dalam kehidupan, di mana pematangan kondisi selalu
memerlukan pendekatan yang tepat waktu.[25]
Dalam proses pelaksanaan perencanaan, perlu diciptakan suatu suasana yang dapat
memperkecil atau menghilangkan hambatan yang ada dalam kelompok masyarakat.[26] Oleh
karena itu, setiap perencana, pengambil keputusan, atau pelaksana pendidikan
perlu memanfaatkan pengetahuannya tentang masyarakat, adat istiadat, kebiasaan,
kebudayaan serta jenjang status yang berlaku.
c. Tabu dan
Sanksi Sosial dalam Perencanaan
Setiap kebudayaan mempunyai norma-norma
tertentu yang digunakan sebagai standar sanksi sosial atau hukuman adat dan
tabu yang berfungsi mengatur tingkah laku kelompok masyarakat.[27]
Lebih lanjut, ada dua aspek penting tentang diskursus kebudayaan, yaitu: kebudayaan
yang mengarahkan bekerjanya pengaruh masyarakat dalam pembentukan dan
perkembangan kepribadian individu.[28]
Lebih lanjut, kebudayaan yang menetapkan apa-apa yang disetujui atau tidak
disetujui oleh masyarakat. Tingkah laku yang tidak disetujui akan dikenakan
sanksi sosial.[29]
Oleh karena itu, perencana pendidikan harus
dapat mengembangkan nilai-nilai budaya yang diinginkan dan memperkecil pengaruh
nilai-nilai yang tidak diperlukan serta memperkenalkan unsur-unsur baru yang
berguna. Gerakan emansipasi misalnya, dapat menggeser pandangan umum tentang
kedudukan wanita dalam masyarakat.
Terkait elemen yang berkaitan dengan
dimensi kebudayaan, Ada dua hal yang menyulitkan perencana pendidikan untuk
menguasai dan memegang nilai-nilai budaya, yaitu:
1) Terdapatnya
nilai budaya yang heterogen pada sejumlah kelompok masyarakat.[30]
2) Dibutuhkan
tindakan menerobos tradisi yang sudah lama berlangsung, sehingga mungkin
menimbulkan resistensi.[31]
d. Pengaruh
Budaya dan Tekanan-tekanan dari Luar Terhadap Perencanaan Pendidikan
Tekanan-tekanan dari luar yang
kadang-kadang dapat memngaruhi perencanaan pendidikan adalah dapat berasal dari
para politikus (pengamat politik), badan-badan (organisasi), dan bantuan luar
negeri.[32]
Pendapat pemimpin organisasi atau politikus yang ada dalam masyarakat dan buah
pikiran wakil rakyat di parlemen tentang pembangunan pendidikan harus menjadi
bahan yang sangat berguna untuk perencanaan pendidikan yang optimal dan terarah.[33]
Adakalanya mereka memiliki pandangan yang lebih realistis untuk diterapkan.
Jika kebijakan yang diterapkan oleh polisi
di parlemen menyebabkan adanya pertentangan dengan perencana pendidikan, maka
pihak perencanalah yang harus menyesuaikan diri.[34]
Apakah melalui jalur kompromi, tergantung dari banyak faktor seperti
kepribadian, cara mengadakan pendekatan, dan ketersediaanya untuk saling
menukar informasi.[35] Terkadang,
terjadi persaingan kurang sehat antar daerah, antar golongan masyarakat, antar
lembaga pendidikan, antara orang-orang yang vested interest.[36]
Tugas perencana pendidikan adalah mempelajari dan mempertimbangkan
keinginan-keinginan yang ada dalam masyarakat, seperti: keiinginan tambahan
gedung sekolah baru, permintaan supaya mutu pendidikan di daerah pedesaan
diperbaiki dalam rangka pembangunan masyarakat desa, biaya yang lebih banyak,
dan lain sebagainya.[37]
Lebih lanjut, perencana pendidikan perlu
jaga memerhatikan aspek bantuan luar negeri, baik berupa bantuan teknis,
bantuan peralatan, bantuan proyek, maupun beasiswa. Bantuan mungkin berupa
pinjaman atau berupa bantuan. Bantuan luar negeri yang direncanakan perlu
didasarkan pada kriteria keterpaksaan, melanjutkan kegiatan yang sudah ada,
tidak mengikat, dan feasible untuk dilaksanakan.
2. Aspek
Pedagogis
Aspek-aspek pedagogis yang harus diketahui
oleh perencana pendidikan, yaitu: tujuan pendidikan, sistem pendidikan, isi pendidikan,
metode belajar dan mengajar, dan inovasi pendidikan.[38]
Kelima aspek pedagogis tadi bersifat kualitatif dan sangat penting bagi
perencanaan pendidikan.
a. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Pembangunan pendidikan didasarkan atas
falsafah Pancasila bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuahan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, miliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.[39]
b. Sistem
Pendidikan
Perencana pendidikan harus mempunyai
pengetahun yang luas tentang struktur sistem pendidikan, bukan hanya mengenai
struktur sistem pendidikan Negara kita, tetapi juga yang berlaku di Negara lain
untuk bahan perbandingan.[40]
Hal ini harus sungguh-sungguh disadari oleh para perencana karena setiap usaha
untuk melakukan pembaharuan sistem pendidikan, langkah pertama yang harus
ditempuh adalah menelaah struktur sistem pendidikan itu sendiri secara inovatif.[41]
Jika hasil percobaan dapat memperlihatkan bahwa kurikulum SD dapat diselesaikan
selama 5 tahun, maka hal ini dapat mengubah struktur sistem pendidikan kita.
Kemudian setiap perubahan di dalam struktur sistem pendidikan akan mempunyai
pengaruh langsung terhadap pekerjaan para perencana pendidikan.
c. Isi Pendidikan
Penting bagi perencana pendidikan untuk
mengetahui relevansi kurikulum dengan tuntutan pembangunan di segala bidang.[42]
Perencana pendidikan harus mengetahui lebih jauh tentang isi pendidikan, karena
prasarana pendidikan seperti gedung dan peralatan selama ini dipandang sebagai
alat bantu bagi pengajaran benar-benar mempunyai hubungan yang erat dengan kurikulum.[43] Dengan
demikian, menjadi tugas perencana pendidikan untuk memikirkan
persyaratan-persyaratan ruang belajar untuk setiap tingkat dan jenis pendidikan
sesuai kurikulumnya.
d. Metode
Belajar dan Mengajar
Perencanaan kualitatif dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan mengandung unsur pengembangan kurikulum.[44]
Pengembangan kurikulum selain menyempurnakan isinya berupa seperangkat
pengalaman belajar, juga penyempurnaan penggunaan strategi dan metode
pembelajaran.[45]
Metode pembelajaran tradisional seperti ceramah, latihan, dan menghapalkan
harus disempurnakan dengan metode yang lebih banyak memberikan inspirasi dan
motivasi dalam belajar,[46]
seperti:
1)
Belajar sambil berbuat (learning by
doing).
2)
Belajar untuk menemukan sendiri (discovery
learning).
3)
Belajar memecahkan masalah (problem
solving method).[47]
e. Inovasi
Pendidikan
Inovasi dalam pendidikan memengaruhi banyak
aspek seperti: pembaruan metode pembelajaran, perubahan penyempurnaan struktur
organisasi, pembaruan kurikulum (isi dan metode), penyempurnaan sistem
informasi pengelolaan, dan sebagainya.[48]
Perencana pendidikan harus mengetahui peranan dari gagasan inovasi pendidikan,
dan memikirkan bagaimana rencana peningkatan, penyebaran, dan pengelolaannya.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perencana pendidikan harus mengetahui
secara luas apa yang terjadi di dalam sistem pendidikan. Sebagai motor
penggerak, perencana pendidikan harus dapat menghargai peranan inovasi dalam
pembinaan dan pembangunan pendidikan secara terintegrasi.
3. Aspek Demografis
a. Pengaruh
Perkembangan Kependudukan
Pada beberapa Negara di Asia termasuk
Indonesia, kesuburan penduduk tinggi. Usaha penurunannya terus dilakukan
melalui program keluarga berencana. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat
ditunjang oleh perbaikan kesehatan masyarakat dan kemajuan ilmu kedokteran.
Secara umum ada empat masalah kependudukan
yang perlu diperhatikan oleh perencana pendidikan yaitu:
1) Laju
pertambahan penduduk yang masih terlalau cepat.
2) Distribusi
penduduk yang tidak merata.
3) Keadaan
piramida penduduk usia muda
4) Mobilitas
dinamika penduduk yang tinggi.
Berbagai faktor diatas, mempunyai pengaruh
yang jelas pada bidang pendidikan dan bidang ekonomi. Makin besar jumlah
penduduk yang umurnya di luar umur angkatan kerja, maka makin berat tanggungan
ekonomi yang dibebankan kepada penduduk yang tergolong ke dalam kelompok angkatan
kerja. Pertumbuhan penduduk yang cepat akan meningkatkan dengan cepat pula
jumlah penduduk yang muda yang secara ekonomis tidak produktif dan hidup
bergantung kepada penduduk yang mempunyai penghasilan. Selain itu, jumlah
penduduk usia sekolah yang tinggi mengakibatkan perlunya disediakan fasilitas
pendidikan yang mencukupi, dan ini menjadi persoalan.
b.
Pengaruh Pertambahan Penduduk Secara Tidak
Langsung Terhadap Pendidikan
Pengaruh tidak langsung pertambahan pendudk
terhadap perencanaan pendidikan adalah menyangkut pengaruh dinamika
kependudukan menembus semua sektor perencaaan ekonomi dan sosial, termasuk
pendidikan, kesehatan, perumahan, komunikasi pertanian, hukum, pertadan
sebagainya. Sektor-sektor ini saling berkaitan dan saling memengaruhi satu
dengan yang lainnya. Karena itu di belakang data demografis sebenarnya terdapat
satu mekanisme perubahan social yang perlu dipelajari oleh perencana pendidikan
dalam merencanakan kurikulum setiap jenis dan tingkat pendididkan, pengadaan
guru menurut spesialisasinya, pembinaan penduduk putus sekolah, dan sebagainya.
c. Pengaruh
Perkembangan Penduduk Terhadap Pencapaian Sasaran Peserta Didik
Sekitar tahun enam puluhan, perencanaan
pendidikan di banyak Negara sibuk menghitung dan menetapkan sasaran mengenai
persentasi penduduk yang bersekolah (SD sampai perguruan tinggi) dan yang melek
huruf, perbandingan siswa dengan guru, dengan ruang belajar, dan sebagainya.
Sepuluh tahun kemudian, sasaran tadi banyak yang tidak tercapai, perkembangan
ekonomi yang tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk. Di damping itu,
perhitungan mengenai jumlah isiwa juga meleset karena kurang memerhatikan
factor kependudukan.
Perencana pendidikan dalam membuat proyeksi
siswa perlu memerhatikan faktor pertambahan penduduk, kemampuan pemerintah
dalam pengadaan dana, tenaga pengajar yang tersedia, dan sebagainya karena yang
terkait dengan tenaga pengajar khususnya, memerlukan waktu paling sedikit 4
tahun untuk pengadaannya.
d. Pengaruh
Pertumbuhan Penduduk Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
Pertumbuhan penduduk yang cepat memperbesar
arus kelompok usia sekolah yang memasuki sistem pendidikan. Kejadian seperti
ini merupakan concern
kuantitif perencanaan pendidikan, yaitu lebih banyak perhatian
kepada memperluas daya tamping dan pemerataan kesempatan belajar disbanding
kesempatan untuk peningkatan mutu, penyempurnaaan kurikulum, inovasi teknologi,
pembuatan gedung sekolah dengan bentuk yang lebih praktis dan menyenangkan, dan
sebagainya.
Meningkatnya jumlah penduduk usai sekolah
masuk sistem pendidikan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan dana untuk
menyediakan fasilitas pendidikan (gedung, perabotan, dan lain-lain),
pengangkatan guru dan tenaga kependidikan yang baru, tenaga Pembina, dan
sebagainya. Perbaikan mutu dan relevansi sistem pendidikan yang sangat lambat,
menjadikan pendidikan kurang menarik dan menyebabkan meingkatnya putus sekolah
dan pemborosan dalam sistem pendidikan. Hal yang demikian memerlukan perhatian
sungguh-sungguh dari para perencana pendidikan ketika melakukan aktivitasnya
dalam membangun sistem pendidikan.
e.
Pemerataan Kesempatan Belajar
Hasil kajian dan pengalaman menunjukkan
bahwa pendidikan yang merata dan baik merupakan salah satu persyaratan untuk
sussesnya suatu usaha pembatas pertambahan penduduk. Banyak negara mengalami
ledakan penduduk yang begitu cepat yang oleh karena negara tersebut menghadapi
maslah dalam sistem pendidikannya (tidak merata dan tidak bermutu). Oleh sebab
itu, pemerataan kesempatan belajar kepada setiap warga Negara harus menjadi
perhatian para perencana pendidikan. Pemerataan kesempatan belajar dapat berupa
pemerataan menurut pembagian wilayah (kota dan desa), berdasarkan jenis kelamin
(anak laki-laki dan anak permpuan), dan berdasarkan sara seperti: suku (Jawa,
Sunda, Dayak, Bugis, Banjar dan lain-lain), agama (Islam, Kristen, Hindu,
Budha, dan lain-lain), dan ras (asli, blastteran, dan lain-lain).
f. Jawaban
Perencana Terhadap Tantangan Dinamika Kependudukan
Setiap perencana pendidikan akan selalu
menghadapi masalah demografi, oleh karena itu ia harus selalu memikirkan cara
baru untuk menyelesaikannya, termasuk menyelesaikan masalah struktur dan isi sistem
pendidikan. Jawaban atas permasalahan ini terletak bukan hanya pada ekspansi
atau perluasan kesempatan belajar semata, tetapi juga pada upaya melakukan
berbagai inovasi sistem pendidikan.
Mengingat segi-segi yang kurang
menguntungkan dari pertambahan penduduk yang cepat terhadap sistem pendidikan
dan sector ekonomi, pemerintah telah menjalankan berbagai usaha kea rah
pengurangan maslah kependudukan yaitu:
1) Memindahkan
penduduk (transmigrasi) ke daerah yang jarang penduduknya.
2) Mengendalikan
arus urbanisasi dengan memperioritaskan pembangunan di bidang pertanian.
3) Mengendalikan
lajunya pertambahan penduduk dengan intensifikasi dan eksistensifikasi program
keluarga berencana.
Salah satu tugas penting bagi perencana
pendidikan pada masa kini dan masa yang akan dating adalah mensukseskan
keluarga berencana melalui pendidikan kependudukan di sekolah dan di luar
sekolah.
4. Aspek Ekonomis
a. Permasalahan
Ekonomi
Kebijakan ekonomi pemerintah mempunyai
tujuan yaitu untuk: pertumbuhan produksi nasional, keseimbangan moneter,
mempertahankan kekuatan nilai uang, perbaikan dan pemerataan pendapatan, dan
partisipasi masyarakat dalam proses produksi. Instrument yang mungkin digunakan
adalah pengendalian pajak secara langsung dan partisipasi dalam produksi pada
perusahaan-perusahaan umum. Setiap Negara menggunakan instrument yang
berbeda-beda, namun unsur yang berlaku umum adalah bahwa setiap penggunaan
instrument tadi selalu memerlukan biay baik biaya materi maupun non materi
seperti peraturan yang membatasi kebebasan individu.
b. Pendidikan
sebagai Alat dan Kebijakan Ekonomi
Pengaruh tidak langsung pertambahan
penduduk terhadap perencanaan pendidikan adalah menyangkut pengaruh dinamika
kependudukan menembus semua sector perencanaan ekonomi dan social, termasuk
pendidikan, kesehatan, perumahan, komunikasi, pertanian, hokum, pertahanan, dan
sebagainya.
c. Pemilihan
Alternatif Alat-alat Kebijakan Ekonomi
Ciri khas yang dimiliki oleh alat kebijakan
ekonomi ialah bahwa semua memerlukan pembiayaan termasuk untuk pembangunan sistem
pendidikan. Karena pendidikan memerlukan uang, dan apabila uang itu digunakan
untuk membiayai pendidikan, maka tidak dapat digunakan untuk membiayai alat
kebijakan ekonomi lainnya yang juga menunjang tercapainya pembangunan.
d. Biaya dan
Keuntungan
Karena investasi pendidikan tidak terlihat
secara bebas, tetapi tersembunyi dalam diri peserta didik atau tenaga kerja,
maka keuntungan pendidikan sangat sukar untuk dilihat secara langsung.
Pendidikan harus dinilai berdasarkan alat dan tjuan kebijakan lainnya, termasuk
membandingkan keberhasilan suatulembaga pendidikan tertentu dengan lembaga
pendidikan yang lain.
e. Biaya Pendidikan
Pembiayaan pendidikan yang dimaksudkan pada
uraian ini terbatas pada pembiayaan untuk jalur pendidikan formal (sekolah).
Pembiayaan pendidikan untuk jalur formal pada garis besarnya terbagi dua yaitu
biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi biaya
pembangunan (capital cost), dan biaya rutin (recurrent cost).
Biaya pembangunan diperuntukkan bagi pembangunan prasarana dan sarana
pendidian, pengadaan laboratorium dan perlengkapannya, pengadaan bengkel dan
perlengkapannya, dan lain sebagainya.
f. Pendidikan,
Pertumbuhan Ekonomi, dan Tujuan-Tujuan lain Pada kebijakan Ekonomi.
Pendidikan memberikan sumbangan bagi
peningkatan produksi yang juga berarti membantu pertumbuhan ekonomi. Itulah
sebabnya ahli ekonomi dan pembuat kebijaksanaan menganggap pendidikan sebagai
alat kebijaksanaan ekonomi. Perkembangan tentang ëkonomi pendidikan”turut
memberikan dasar-dasar bagi perencanaanpendidikan yaitu: penggunaan
sumber-sumber secara optimal memerlukan proses pengambilan keputusan secara
optimal memerlukan proses pengambilan keputusan secara rasional dalam rangka
pengalokasian sumber-sumber di dalam sistem pendidikan itu sendiri (diantara
berbagai jenis dan tingkat pendidikan).
B. Peranan dan
Fungsi Perencanaan Pendidikan
Dari beberapaLiteratur yang dipelajari dan
diteliti penulis, tidak ditemukan satu sumber pun yang secara tegas
mendefinisikan fungsi dan peranan perencanaan pendidikan. Namun demikian, ada
beberapa yang mengungkapkannya secara implinsit dan terbatas seperti yang
dikemukakan oleh Udin Syaifudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun dalam buku
yang berjudul Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif,[49]
oleh M. Djumberansyah Indar dalam buku Perencanaan Pendidikan Strategi dan
Implementasinya,[50]
dan oleh Endang Sunarya dalam buku Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan
Berdasarkan Pendekatan Sistem.[51]
Udin
Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun menjelaskan fungsi dan peranan perencanaan
pendidikan yang dimodifikasi oleh penulis seperti berikut ini:[52]
1. Perencanaan
pendidikan berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian suatu
kegiatan.
2. Perencanaan
pendidikan berfungsi untuk menghindari terjadi pemborosan dalam penggunaan
sumber daya pendidikan.
3. Perencanaan
pendidikan berfungsi sebagai alat bagi pengembangan quality assurance
bagi organisasi.
4. Perencanaan
pendidikan berfungsi untuk memenuhi accountability kelembagaan.
5. Perencanaan
pendidikan berfungsi sebagai perintis atau pelopor kegiatan pembangunan
pendidikan.
6. Perencanaan
pendidikan berfungsi sebagai alat pengubah (moderator) dan alat pengendali (kontrol)
perubahan sistem pendidikan.
7. Perencanaan
pendidikan mempunyai peran untuk memecahkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan sistem pendidikan.
8. Perencanaan
pendidikan berfungsi sebagai pengikat antara aktivitas pendidikan dengan
aktifitas masyarakat yang lebih luas.
9. Perencanaan
pendidikan berfungsi sebagai alat untuk memusatkan perhatian pada kehidupan
masyarakat yang lebih luas.
10. Perencanaan
pendidikan berperan untuk menjadi koordinat perencana dalam pencapaian keadaan
yang diinginkan baik dari sisi sosial, budaya, maupun aktifitas lainnya bagi
keseluruhan masyarakat.
11. Perencanaan
pendidikan berfungsi sebagai alat untuk bekerja lebih dekat dengan
progam-progam pelayanan manusia lainnya seperti perpustakaan, sarana rekreasi,
museum, media masa dan yang lainnya
12. Perencanaan
pendidikan berfungsi sebagai alat yang berorientasi terhadap program siswa yang
terstruktur dengan kondisi yang relevan dengan lingkungan sekitarnya.
Sementara menurut M. Djumberansyah Indar
dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Pendidikan Strategi dan
Implementasinya dikemukakan bahwa fungsi dan peranan perencanaan pendidikan
adalah:[53]
1. Sebagai alat
untuk mengarahkan kegiatan pendidikan.
2. Sebagai
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian
tujuan pembangunan pendidikan.
3. Sebagai alat
untuk memperkirakan atau forecasting hal-hal dalam masa pelaksanaannya
yang akan dilalui.
4. Memberikan
kesempatan untuk memilih berbagai alternatif cara terbaik.
5. Sebagai alat
untuk menyusun skala prioritas (memilih urutan-urutan dari segi pentingnya
suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.
Dari beberapa pendapat tentang fungsi dan
peranan perencanaan pendidikan di atas dapat disimpulkan yang merupakan fungsi
dan peranan perencanaan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan pendidikan.
2. Sebagai alat
pengendalian pelaksanaan pembangunan pendidikan.
3. Sebagai alat
untuk menjamin mutu pembangunan pendidikan.
4. Sebagai alat
pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Sebagai sarana untuk menjamin kelancaran
pencapaian tujuan pembangunan pendidikan.
6. Sebagai
sarana untuk memperjelas visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan.
7. Sebagai alat yang logis dan sistematis untuk
mengubah sistem pendidikan ke arah yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adanya masalah dalam pendidikan di Indonesia
menyebabkan pula adanya kendala dalam perencanaan pendidikan di Indonesia.
Sistem pendidikan di Indonesia harus direncanakan dengan mempertimbangkan
berbagai hal. Perencanaan adalah suatu kegiatan melihat masa depan dalam hal
menentukan kebijakan, prioritas dan biaya pendidikan dengan memprioritaskan
kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan
sistem pendidikan negara dan peserta didik yang dilayani oleh sistem
tersebut Artinya dalam merencanakan
sistem pendidikan nasional pun harus mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, politik
dan budaya. Sistem pendidikan di negara kita telah banyak mengalami perubahan,
hal ini mungkin disebabkan karena perencanaan pendidikan yang tidak memahami
aspek-aspek yang terkait didalamnya, sehingga sistem pendidikan nasional kita
tidak mampu sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia serta lulusan yang
dihasilkan tidak relevan dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal tersebut
menyebabkan sumber daya manusia (SDM) negara kita sulit bersaing dengan SDM
asing.
Adapun fungsi dan peranan perencanaan pendidikan
adalah sebagai berikut: 1) Sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan
pembangunan pendidikan. 2) Sebagai alat pengendalian pelaksanaan pembangunan
pendidikan. 3) Sebagai alat untuk menjamin mutu pembangunan pendidikan. 4)
Sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. 5)
Sebagai sarana untuk menjamin kelancaran pencapaian tujuan pembangunan
pendidikan. 6) Sebagai sarana untuk memperjelas visi, misi, dan strategi
pembangunan pendidikan. 7) Sebagai alat yang logis dan sistematis untuk
mengubah sistem pendidikan ke arah yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurahman, Abdurahman. “Pengembangan Desain Dan Pendekatan
Perencanaan (Planning) Dalam Manajemen Pendidikan Islam.” Al-Tanzim: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2 (2017): 15–24.
Aji, S F, and H P Waseso. Nalar Pendidikan
Islam Kritis Transformatif Abad 21. Penerbit Mangku Bumi , 2019.
https://books.google.co.id/books?id=YVG6DwAAQBAJ.
Alhamuddin, Alhamuddin. “Kurikulum Pendidikan
Tinggi Keagamaan Islam: Mutu Dan Relevansi.” Al-Murabbi: Jurnal Studi
Kependidikan Dan Keislaman 3, no. 1 (2016): 1–15.
Ali, M. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional:
Menuju Bangsa Indonesia Yang Mandiri Dan Berdaya Saing Tinggi. Imtima,
2009. https://books.google.co.id/books?id=g3ZUyBYo94YC.
Ali, M, U B Press, U B Media, and A Suryono. Kebijakan
Pendidikan Menengah Dalam Perspektif Governance Di Indonesia. Universitas
Brawijaya Press, 2017. https://books.google.co.id/books?id=_IBVDwAAQBAJ.
Amir, M T. Inovasi Pendidikan Melalui Problem
Based Learning. Prenada Media, 2016.
https://books.google.co.id/books?id=qv-iDwAAQBAJ.
Anwar, Aep Saepul. “PENGEMBANGAN SIKAP
PROFESIONALISME GURU MELALUI KINERJA GURU PADA SATUAN PENDIDIKAN MTS NEGERI 1
SERANG.” Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam Dan Manajemen Pendidikan Islam
2, no. 1 (2020): 147–73.
Anwar, K. Potret Pendidikan Indonesia.
Formaci, 2017. https://books.google.co.id/books?id=u23IDwAAQBAJ.
Banghart, F W, and A Trull. Educational
Planning. Macmillan, 1972. https://books.google.co.id/books?id=lBEW7P35PM8C.
Coombs, P H, M Ahmed, World Bank, and Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial (Indonesia). Memerangi Kemiskinan Di Pedesaan Melalui
Pendidikan Non-Formal. Rajawali, 1985.
https://books.google.co.id/books?id=DB0YNQAACAAJ.
Danumiharja, M. Profesi Tenaga Kependidikan.
Deepublish, 2014. https://books.google.co.id/books?id=NgNADAAAQBAJ.
Dini Irawati, M P. The Miscellanea. uwais
inspirasi indonesia, n.d. https://books.google.co.id/books?id=o1_MDwAAQBAJ.
Dr. Toto Suharto, M A. Pendidikan Berbasis
Masyarakat ; Relasi Negara Dan Masyarakat Dalam Pendidikan. Penerbit
& distribusi, LKiS, 2012. https://books.google.co.id/books?id=KKpoDwAAQBAJ.
Dr. Wina Sanjaya, M P. Perencanaan Dan Desain
Sistem Pembelajaran. Kencana, 2015.
https://books.google.co.id/books?id=Y9xDDwAAQBAJ.
Efendi, Yuli Kartika. “Pelaksanaan Program
Pendidikan Pelatihan Di Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Kependudukan
Pemerintah Propinsi Jawa Timur.” Khazanah Pendidikan 10, no. 2 (2017).
Fattah, Nanang. “Ekonomi Dan Pembiayaan
Pendidikan.” Bandung: Remaja Rosdakarya 78 (2000): 1.
Feisal, J A. Reorientasi Pendidikan Islam.
Gema Insani Press, 1995. https://books.google.co.id/books?id=CNaDHxvJOFQC.
FIP-UPI, T.P.I.P. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan
I: Ilmu Pendidikan Teoretis. Pedagogiana Press, 2007. https://books.google.co.id/books?id=98aGAwAAQBAJ.
Fitri, Annisa, Sri Saparahayuningsih, and Nesna
Agustriana. “Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini.” Jurnal Ilmiah Potensia 2, no. 1 (2017): 1–13.
Freire, P, D Macedo, and H A Giroux. The
Politics of Education: Culture, Power, and Liberation. Critical Studies in
Education Series. Bergin & Garvey, 1985.
https://books.google.co.id/books?id=TvzK9uKs4CIC.
Hasibuan Melayu, S P. “Manajemen: Dasar.” Pengertian
Dan Masalah, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Hilmy, Masdar. “Nomenklatur Baru Pendidikan Islam
Di Era Industrialisasi.” TSAQAFAH 8, no. 1 (2012): 1–26.
Indar, M. Djumberansyah. Perencanaan Pendidikan
Strategi Dan Implementasinya. Surabaya: Karya Abditama, 1995.
Indrawan, Irjus. Pengantar Manajemen Sarana Dan
Prasarana Sekolah. Deepublish, 2015.
Irianto, P.D.H.A. Pendidikan Sebagai Investasi
Dalam Pembangunan Suatu Bangsa. Kencana, 2017.
https://books.google.co.id/books?id=yfe1DwAAQBAJ.
Jones, T. Kebudayaan Dan Kekuasaan Di
Indonesia: Kebijakan Budaya Selama Abad Ke 20 Hingga Era Reformasi.
KITLV-Jakarta, 2015. https://books.google.co.id/books?id=Cq5dDAAAQBAJ.
JUITA, RATNA. “OPTIMALISASI PEMBELAJARAN DENGAN
TUGAS ULANGAN HARIAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
III SD NEGERI 1 RAJABASA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011,” 2011.
Kadir, A. Dasar-Dasar Pendidikan. Kencana,
2015. https://books.google.co.id/books?id=pfpDDwAAQBAJ.
Kartasasmita, G, and Universitas Brawijaya.
Fakultas Ilmu Administrasi. Perencanaan Pembangunan Nasional.
Universitas Brawijaya Malang, Fakultas Ilmu Administrasi, 1993.
https://books.google.co.id/books?id=a2Nz0Y4zljYC.
Kimbrough, R B, and M Y Nunnery. Educational
Administration: An Introduction. Macmillan, 1983.
https://books.google.co.id/books?id=32goAAAAMAAJ.
Kompri, M P I. Manajemen & Kepemimpinan
Pondok Pesantren. Prenadamedia Group, Divisi Kencana, 2018.
https://books.google.co.id/books?id=j6ZeDwAAQBAJ.
Kristiawan, Muhammad, Dian Safitri, and Rena
Lestari. “Manajemen Pendidikan.” Deepublish, 2017.
Kumar, A. Human Resource Development: An
Interdisciplinary Approach. Human Resource Development: An
Interdisciplinary Approach. Anmol Publications, 1991.
https://books.google.co.id/books?id=XzntAAAAMAAJ.
Liliweri, A. Makna Budaya Dalam Komunikasi
Antarbudaya. LKiS, 2003. https://books.google.co.id/books?id=U-1ckHCx7nYC.
Lubis, M Joharis, and Indra Jaya. “Komitmen
Membangun Pendidikan (Tinjauan Krisis Hingga Perbaikan Menurut Teori).” Widya
Puspita, 2019.
Lutfi, M, and R Pramitha. Sisi-Sisi Lain
Kebijakan Profesionalisme Guru: Optik Hukum, Implementasi, Dan Rekonsepsi.
UB Press, 2013. https://books.google.co.id/books?id=FZxjDwAAQBAJ.
Makkulasse, Ramlah, and Nur Indah Sari.
“IMPLEMENTASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM) PADA PERGURUAN TINGGI
KEAGAMAAN ISLAM NEGERI (PTKIN).” Dinamis: Journal of Islamic Management and
Bussiness 1, no. 1 (2018).
Mardi, Zainal. “Pendidikan Tinggi Dan Masalah
Pengangguran Dalam Mengarungi Era Ekonomi Global.” Mimbar: Jurnal Sosial Dan
Pembangunan 20, no. 2 (2004): 246–62.
Martono, N, K Sunarto, and J Scott. Sosiologi
Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, Dan Poskolonial (Sampel
Halaman). RajaGrafindo Persada Jakarta, 2012.
https://books.google.co.id/books?id=6lt1BgAAQBAJ.
Media, P. Politik Kebijakan Pengembangan
Kurikulum Di Indonesia: Sejak Zaman Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013).
Prenada Media, 2019. https://books.google.co.id/books?id=9ByVDwAAQBAJ.
MUBAROQ, MOHAMMAD DAFID. “MANAJEMEN HUBUNGAN
MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Multisitus Di SMPIQu Al
Bahjah Tulungagung Dan SMP Plus Miftahul Ulum Tulungagung).” IAIN Tulungagung,
2019.
Mubin, Fatkhul. “TAFSIR EMANSIPATORIS: PEMBUMIAN
METODOLOGI TAFSIR PEMBEBASAN.” Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Keislaman,
2019. https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i1.37.
Musfah, J. Analisis Kebijakan Pendidikan
Mengurai Krisis Karakter Bangsa. Prenada Media, 2018.
https://books.google.co.id/books?id=4pJeDwAAQBAJ.
Nahdi, K. PENDIDIKAN DAN MODERNISASI PERADABAN,
2018. https://books.google.co.id/books?id=A9PQDwAAQBAJ.
Nahrowi, Nahrowi. “Perencanaan Strategis Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Di Madrasah.” FALASIFA: Jurnal Studi Keislaman
8, no. 1 (2017): 53–64.
Nasukah, Binti. “Analisis Lingkungan Lembaga
Pendidikan Islam.” Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah 2, no. 1
(2017): 1–35.
Nurdyansyah, Nurdyansyah, and Eni Fariyatul
Fahyuni. “Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013.” Nizamia Learning
Center, 2016.
Pananrangi, H Andi Rasyid, and M Pd SH. Manajemen
Pendidikan. Vol. 1. Celebes Media Perkasa, 2017.
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M P. Asesmen Dan
Evaluasi Pendidikan. Prenada Media, 2017.
https://books.google.co.id/books?id=rlY_DwAAQBAJ.
Prof. Dr. Abdullah Idi, M E. DINAMIKA
SOSIOLOGIS INDONESIA : Agama Dan Pendidikan Dalam Perubahan Sosial.
LKiS, 2015. https://books.google.co.id/books?id=cGhhDwAAQBAJ.
Prof. Dr. H. Samsul NIzar, M A. Kepemimpinan
Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. Prenada Media, 2019.
https://books.google.co.id/books?id=CdbFDwAAQBAJ.
Ranoh, A. Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan
Teologis-Etis Atas Kepemimpinan Kharismatis Sukarno. BPK Gunung Mulia,
1999. https://books.google.co.id/books?id=-xkAxs7KPNwC.
Sa’ud, Udin Syaefudin. Perencanaan Pendidikan
Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Sada, Heru Juabdin. “Kebutuhan Dasar Manusia Dalam
Perspektif Pendidikan Islam.” Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 8,
no. 2 (2017): 213–26.
Sahnan, Muhammad. “Urgensi Perencanaan Pendidikan
Di Sekolah Dasar.” Pelita Bangsa Pelestari Pancasila 12, no. 2 (2017):
142–59.
Saihu
Fatkhul Mubin, Ahmad Zain
Sarnoto, Abd. Aziz. “DESIGN OF ISLAMIC EDUCATION BASED ON LOCAL WISDOM :
(An Analysis of Social Learning Theories in Forming Character through Ngejot
Tradition in Bali) .” International Journal of Advanced Science and
Technology 29, no. 06 SE-Articles (April 26, 2020): 1278–93.
http://sersc.org/journals/index.php/IJAST/article/view/11802.
Saihu, Saihu, and Agus Mailana. “Teori Pendidikan
Behavioristik Pembentukan Karakter Masyarakat Muslim Dalam Tradisi Ngejot Di
Bali.” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 2019.
https://doi.org/10.32832/tadibuna.v8i2.2233.
Setijo, P. Pendidikan Pancasila Perspektif
Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi Dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil
Amandemen. Grasindo, n.d. https://books.google.co.id/books?id=r02ixHDvV5QC.
Sibaweh, I. Pendidikan Mental Menuju Karakter
Bangsa :: Berdasarkan Ilmu Pengetahuan Dari Masa Ke Masa. Deepublish,
2015. https://books.google.co.id/books?id=rRyPDwAAQBAJ.
Slameto, Slameto. “PEMBARUAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN.” Penerbit Qiara Media, 2020.
Sudarsana, I Ketut. “Peningkatan Mutu Pendidikan
Luar Sekolah Dalam Upayapembangunan Sumber Daya Manusia.” Jurnal Penjaminan
Mutu 1, no. 1 (2016): 1–14.
Sugianto, Akhmad. “PERENCANAAN PENDIDIKAN MELALUI
PROGRAM INDIVIDUAL LEARNING PLAN Di SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.” PERENCANAAN
PENDIDIKAN MELALUI PROGRAM INDIVIDUAL LEARNING PLAN Di SEKOLAH MENENGAH PERTAMA,
2016.
Sulfemi, Wahyu Bagja. “Manajemen Kurikulum Di
Sekolah,” 2019.
Sumar, W T. Strategi Pemimpin Dalam Penguatan
Iklim Sekolah Berbasis Budaya Kearifian Lokal: (Budaya Huyula). Deepublish,
2018. https://books.google.co.id/books?id=qpSEDwAAQBAJ.
Sunaengsih, Cucun. Buku Ajar Pengelolaan
Pendidikan. UPI Sumedang Press, 2017.
Sunarya, Endang. Perencanaan Pendidikan
Strategi Dan Implementasinya. Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa, 2000.
Susyanty, Andi Leny, Sudibyo Supardi, Max Joseph
Herman, Heny Lestary, L Belakang, Keputusan Menteri, Gerakan Akselerasi,
Imunisasi Nasional, and Universal Child. “Kondisi Sumber Daya Tenaga Pengelola
Vaksin Di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dan
Puskesmas.” Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 2014.
Sutrisno, A N. Telaah Filsafat Pendidikan.
Deepublish, 2014. https://books.google.co.id/books?id=iyw8DAAAQBAJ.
Tilaar, H A R. Kekuasaan Dan Pendidikan: Suatu
Tinjauan Dari Perspektif Studi Kultural. IndonesiaTera, 2003.
https://books.google.co.id/books?id=QXAH73XZDUgC.
Tilaar, Henry Alexis Rudolf. Beberapa Agenda
Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21. IndonesiaTera,
1998.
Us, Kasful Anwar. “DIMENSI HUBUNGAN NEGARA,
POLITIK DAN PENDIDIKAN.” Ta’dib: Journal of Islamic Education (Jurnal
Pendidikan Islam) 15, no. 02 (2010): 297–308.
Wahid, K H A. Prisma Pemikiran Gus Dur.
LKiS, 2010. https://books.google.co.id/books?id=LnBnDwAAQBAJ.
Wijaya, Etistika Yuni, Dwi Agus Sudjimat, Amat
Nyoto, and U N Malang. “Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global.” In Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika, 1:263–78, 2016.
Wiyani, Novan Ardy. “Perencanaan Strategik
Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Di TK Islam Al-Irsyad Purwokerto.” Al-Athfal:
Jurnal Pendidikan Anak 3, no. 2 (2017): 105–18.
Yani, Asep Tapip. Pembaharuan Pendidikan.
Humaniora, 2012.
Zainal, V R, H Kamal, and M Natsir. The
Economics of Education: Mengelola Pendidikan Secara Profesional Untuk Meraih
Mutu Dengan Pendekatan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, 2014.
https://books.google.co.id/books?id=rqJxwgEACAAJ.
Zakaria, Muh. “Kerangka Dasar Dan Struktur
Kurikulum Standar Pendidikan Nasional (Analisis Struktur Fungsi).” EL-HIKMAH:
Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Islam 12, no. 1 (2018): 22–30.
[1] Cucun Sunaengsih, Buku
Ajar Pengelolaan Pendidikan (UPI Sumedang Press, 2017), 4; Slameto Slameto,
“PEMBARUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN” (Penerbit Qiara Media, 2020), iv; Muhammad
Kristiawan, Dian Safitri, and Rena Lestari, “Manajemen Pendidikan,” Deepublish, 2017, 8.
[2] Nanang Fattah, “Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan,” Bandung: Remaja Rosdakarya 78 (2000): 9.
[3] S P Hasibuan Melayu, “Manajemen: Dasar,” Pengertian Dan Masalah, Jakarta: Rineka
Cipta, 2001, 91.
[4] Henry Alexis Rudolf Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21
(IndonesiaTera, 1998), 120; H Andi Rasyid Pananrangi and M Pd SH, Manajemen Pendidikan, vol. 1 (Celebes
Media Perkasa, 2017), 90; Abdurahman Abdurahman, “Pengembangan Desain Dan
Pendekatan Perencanaan (Planning) Dalam Manajemen Pendidikan Islam,” Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
1, no. 2 (2017): 15–24.
[5]K Nahdi, PENDIDIKAN
DAN MODERNISASI PERADABAN, 2018, 117,
https://books.google.co.id/books?id=A9PQDwAAQBAJ; V R Zainal, H Kamal, and M
Natsir, The Economics of Education:
Mengelola Pendidikan Secara Profesional Untuk Meraih Mutu Dengan Pendekatan
Bisnis (PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), 70,
https://books.google.co.id/books?id=rqJxwgEACAAJ; Akhmad Sugianto, “PERENCANAAN
PENDIDIKAN MELALUI PROGRAM INDIVIDUAL LEARNING PLAN Di SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA,” PERENCANAAN PENDIDIKAN MELALUI
PROGRAM INDIVIDUAL LEARNING PLAN Di SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, 2016; Heru
Juabdin Sada, “Kebutuhan Dasar Manusia Dalam Perspektif Pendidikan Islam,” Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam
8, no. 2 (2017): 213–26.
[6] F W Banghart and A Trull, Educational Planning (Macmillan, 1972), 5,
https://books.google.co.id/books?id=lBEW7P35PM8C; R B Kimbrough and M Y
Nunnery, Educational Administration: An
Introduction (Macmillan, 1983), 49,
https://books.google.co.id/books?id=32goAAAAMAAJ; A Kumar, Human Resource Development: An Interdisciplinary Approach, Human
Resource Development: An Interdisciplinary Approach (Anmol Publications, 1991),
336, https://books.google.co.id/books?id=XzntAAAAMAAJ.
[7] J Musfah, Analisis
Kebijakan Pendidikan Mengurai Krisis Karakter Bangsa (Prenada Media, 2018),
53, https://books.google.co.id/books?id=4pJeDwAAQBAJ; M A Prof. Dr. H. Samsul
NIzar, Kepemimpinan Pendidikan Dalam
Perspektif Hadis (Prenada Media, 2019), 275,
https://books.google.co.id/books?id=CdbFDwAAQBAJ; K Anwar, Potret Pendidikan Indonesia (Formaci, 2017), 24,
https://books.google.co.id/books?id=u23IDwAAQBAJ; M Joharis Lubis and Indra
Jaya, “Komitmen Membangun Pendidikan (Tinjauan Krisis Hingga Perbaikan Menurut
Teori)” (Widya Puspita, 2019).
[8] P H Coombs et al., Memerangi
Kemiskinan Di Pedesaan Melalui Pendidikan Non-Formal (Rajawali, 1985),
https://books.google.co.id/books?id=DB0YNQAACAAJ; G Kartasasmita and
Universitas Brawijaya. Fakultas Ilmu Administrasi, Perencanaan Pembangunan Nasional (Universitas Brawijaya Malang,
Fakultas Ilmu Administrasi, 1993), 76,
https://books.google.co.id/books?id=a2Nz0Y4zljYC.
[9] Toto Suharto, Pendidikan
Berbasis Masyarakat ; Relasi Negara Dan Masyarakat Dalam Pendidikan
(Penerbit & distribusi, LKiS, 2012), 117,
https://books.google.co.id/books?id=KKpoDwAAQBAJ; M P I Kompri, Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren
(Prenadamedia Group, Divisi Kencana, 2018), 106,
https://books.google.co.id/books?id=j6ZeDwAAQBAJ; M Lutfi and R Pramitha, Sisi-Sisi Lain Kebijakan Profesionalisme
Guru: Optik Hukum, Implementasi, Dan Rekonsepsi (UB Press, 2013), 27,
https://books.google.co.id/books?id=FZxjDwAAQBAJ; Nahrowi Nahrowi, “Perencanaan
Strategis Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Di Madrasah,” FALASIFA: Jurnal Studi Keislaman 8, no. 1 (2017): 53–64.
[10] Banghart and Trull, Educational Planning, 120; Andi Leny Susyanty et al., “Kondisi
Sumber Daya Tenaga Pengelola Vaksin Di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota Dan Puskesmas,” Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 2014; Abd. Aziz Saihu Fatkhul
Mubin, Ahmad Zain Sarnoto, “Design Of Islamic Education Based On Local
Wisdom : (An Analysis of Social Learning Theories in Forming Character
through Ngejot Tradition in Bali) ,” International
Journal of Advanced Science and Technology 29, no. 06 SE-Articles (April
26, 2020): 17, http://sersc.org/journals/index.php/IJAST/article/view/11802.
[11] Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di
Sekolah Dasar,” Pelita Bangsa Pelestari
Pancasila 12, no. 2 (2017): 142–59.
[12]A. Muri Yusuf, Asesmen
Dan Evaluasi Pendidikan (Prenada Media, 2017), 47,
https://books.google.co.id/books?id=rlY_DwAAQBAJ; M P Dr. Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran
(Kencana, 2015), 123, https://books.google.co.id/books?id=Y9xDDwAAQBAJ.
[13] Annisa Fitri, Sri Saparahayuningsih, and Nesna
Agustriana, “Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini,” Jurnal Ilmiah Potensia 2, no.
1 (2017): 1–13; Novan Ardy Wiyani, “Perencanaan Strategik Pembentukan Karakter
Anak Usia Dini Di TK Islam Al-Irsyad Purwokerto,” Al-Athfal: Jurnal Pendidikan Anak 3, no. 2 (2017): 105–18.
[14]I Ketut Sudarsana, “Peningkatan Mutu Pendidikan Luar
Sekolah Dalam Upayapembangunan Sumber Daya Manusia,” Jurnal Penjaminan Mutu 1, no. 1 (2016): 1–14; Etistika Yuni Wijaya
et al., “Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Di Era Global,” in Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika, vol. 1, 2016, 263–78; Binti
Nasukah, “Analisis Lingkungan Lembaga Pendidikan Islam,” Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah 2, no. 1 (2017): 1–35.
[15]N Martono, K Sunarto, and J Scott, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif
Klasik, Modern, Posmodern, Dan Poskolonial (Sampel Halaman) (RajaGrafindo
Persada Jakarta, 2012), 452, https://books.google.co.id/books?id=6lt1BgAAQBAJ;
H A R Tilaar, Kekuasaan Dan Pendidikan:
Suatu Tinjauan Dari Perspektif Studi Kultural (IndonesiaTera, 2003), 44,
https://books.google.co.id/books?id=QXAH73XZDUgC; P Freire, D Macedo, and H A
Giroux, The Politics of Education:
Culture, Power, and Liberation, Critical Studies in Education Series
(Bergin & Garvey, 1985), https://books.google.co.id/books?id=TvzK9uKs4CIC.
[16]W T Sumar, Strategi
Pemimpin Dalam Penguatan Iklim Sekolah Berbasis Budaya Kearifian Lokal: (Budaya
Huyula) (Deepublish, 2018), 96,
https://books.google.co.id/books?id=qpSEDwAAQBAJ.
[17] S F Aji and H P Waseso, Nalar Pendidikan Islam Kritis Transformatif Abad 21 (Penerbit
Mangku Bumi , 2019), https://books.google.co.id/books?id=YVG6DwAAQBAJ.
[18] Fatkhul Mubin, “Tafsir Emansipatoris: Pembumian
Metodologi Tafsir Pembebasan,” Mumtaz:
Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Keislaman, 2019,
https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i1.37.
[19] Tilaar, Kekuasaan
Dan Pendidikan: Suatu Tinjauan Dari Perspektif Studi Kultural, 228; Yuli
Kartika Efendi, “Pelaksanaan Program Pendidikan Pelatihan Di Dinas Tenaga Kerja
Transmigrasi Dan Kependudukan Pemerintah Propinsi Jawa Timur,” Khazanah Pendidikan 10, no. 2 (2017).
[20]A Kadir, Dasar-Dasar
Pendidikan (Kencana, 2015), 241,
https://books.google.co.id/books?id=pfpDDwAAQBAJ; M Ali et al., Kebijakan Pendidikan Menengah Dalam
Perspektif Governance Di Indonesia (Universitas Brawijaya Press, 2017), 13,
https://books.google.co.id/books?id=_IBVDwAAQBAJ.
[21] Ramlah Makkulasse and Nur Indah Sari, “Implementasi
Manajemen Sumber Daya Manusia (Msdm) Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Negeri (PTKIN),” Dinamis: Journal of
Islamic Management and Bussiness 1, no. 1 (2018).
[22] M Ali, Pendidikan
Untuk Pembangunan Nasional: Menuju Bangsa Indonesia Yang Mandiri Dan Berdaya
Saing Tinggi (Imtima, 2009), 19,
https://books.google.co.id/books?id=g3ZUyBYo94YC.
[23] T.P.I.P. FIP-UPI, Ilmu
Dan Aplikasi Pendidikan I: Ilmu Pendidikan Teoretis (Pedagogiana Press,
2007), 227, https://books.google.co.id/books?id=98aGAwAAQBAJ.
[24] Masdar Hilmy, “Nomenklatur Baru Pendidikan Islam Di
Era Industrialisasi,” TSAQAFAH 8, no.
1 (2012): 1–26.
[25] P.D.H.A. Irianto, Pendidikan
Sebagai Investasi Dalam Pembangunan Suatu Bangsa (Kencana, 2017), 187,
https://books.google.co.id/books?id=yfe1DwAAQBAJ.
[26] Aep Saepul Anwar, “Pengembangan Sikap Profesionalisme
Guru Melalui Kinerja Guru Pada Satuan Pendidikan Mts Negeri 1 Serang,” Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam Dan
Manajemen Pendidikan Islam 2, no. 1 (2020): 147–73.
[27]A Liliweri, Makna
Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya (LKiS, 2003), 53,
https://books.google.co.id/books?id=U-1ckHCx7nYC; M E Prof. Dr. Abdullah Idi, DINAMIKA SOSIOLOGIS INDONESIA : Agama
Dan Pendidikan Dalam Perubahan Sosial (LKiS, 2015), 244,
https://books.google.co.id/books?id=cGhhDwAAQBAJ.
[28]A Wahid, Prisma
Pemikiran Gus Dur (LKiS, 2010), 72,
https://books.google.co.id/books?id=LnBnDwAAQBAJ.
[29] T Jones, Kebudayaan
Dan Kekuasaan Di Indonesia: Kebijakan Budaya Selama Abad Ke 20 Hingga Era
Reformasi (KITLV-Jakarta, 2015), 81, https://books.google.co.id/books?id=Cq5dDAAAQBAJ.
[30] I Sibaweh, Pendidikan
Mental Menuju Karakter Bangsa :: Berdasarkan Ilmu Pengetahuan Dari Masa
Ke Masa (Deepublish, 2015), 81,
https://books.google.co.id/books?id=rRyPDwAAQBAJ.
[31] A Ranoh, Kepemimpinan
Kharismatis: Tinjauan Teologis-Etis Atas Kepemimpinan Kharismatis Sukarno
(BPK Gunung Mulia, 1999), 54, https://books.google.co.id/books?id=-xkAxs7KPNwC.
[32]M Danumiharja, Profesi
Tenaga Kependidikan (Deepublish, 2014), 110,
https://books.google.co.id/books?id=NgNADAAAQBAJ.
[33]M P Dini Irawati, The
Miscellanea (uwais inspirasi indonesia, n.d.), 120,
https://books.google.co.id/books?id=o1_MDwAAQBAJ.
[34] Kasful Anwar Us, “Dimensi Hubungan Negara, Politik Dan
Pendidikan,” Ta’dib: Journal of Islamic
Education (Jurnal Pendidikan Islam) 15, no. 02 (2010): 297–308.
[35] Mohammad Dafid Mubaroq, “Manajemen Hubungan Masyarakat
Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Multisitus Di SMPIQu Al Bahjah
Tulungagung Dan SMP Plus Miftahul Ulum Tulungagung)” (IAIN Tulungagung, 2019).
[36] Zainal Mardi, “Pendidikan Tinggi Dan Masalah
Pengangguran Dalam Mengarungi Era Ekonomi Global,” Mimbar: Jurnal Sosial Dan Pembangunan 20, no. 2 (2004): 246–62.
[37] Irjus Indrawan, Pengantar
Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah (Deepublish, 2015), 17.
[38]J A Feisal, Reorientasi
Pendidikan Islam (Gema Insani Press, 1995), 218,
https://books.google.co.id/books?id=CNaDHxvJOFQC.
[39]P Setijo, Pendidikan
Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi Dengan Undang-Undang
Dasar 1945 Hasil Amandemen (Grasindo, n.d.), 78,
https://books.google.co.id/books?id=r02ixHDvV5QC; A N Sutrisno, Telaah Filsafat Pendidikan (Deepublish,
2014), 162, https://books.google.co.id/books?id=iyw8DAAAQBAJ.
[40]Muh Zakaria, “Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum
Standar Pendidikan Nasional (Analisis Struktur Fungsi),” EL-HIKMAH: Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Islam 12, no. 1
(2018): 22–30.
[41] Asep Tapip Yani, Pembaharuan
Pendidikan (Humaniora, 2012), 14.
[42] Alhamuddin, “Kurikulum Pendidikan Tinggi Keagamaan
Islam: Mutu Dan Relevansi,” Al-Murabbi:
Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman 3, no. 1 (2016): 1–15.
[43] Wahyu Bagja Sulfemi, “Manajemen Kurikulum Di Sekolah,”
2019.
[44] Saihu Saihu and Agus Mailana, “Teori Pendidikan
Behavioristik Pembentukan Karakter Masyarakat Muslim Dalam Tradisi Ngejot Di
Bali,” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam,
2019, https://doi.org/10.32832/tadibuna.v8i2.2233.
[45] P Media, Politik
Kebijakan Pengembangan Kurikulum Di Indonesia: Sejak Zaman Kemerdekaan Hingga
Reformasi (1947-2013) (Prenada Media, 2019), 32,
https://books.google.co.id/books?id=9ByVDwAAQBAJ.
[46]Ratna Juita, “Optimalisasi Pembelajaran Dengan Tugas
Ulangan Harian Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Iii Sd
Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011,” 2011; Nurdyansyah
Nurdyansyah and Eni Fariyatul Fahyuni, “Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013” (Nizamia Learning Center, 2016).
[47] Andi Rasyid Pananrangi, Manajemen Pendidikan, vol. 1 (Celebes Media Perkasa, 2017), 209.
[48] M T Amir, Inovasi
Pendidikan Melalui Problem Based Learning (Prenada Media, 2016), 92,
https://books.google.co.id/books?id=qv-iDwAAQBAJ.
[49] Udin Syaefudin Sa’ud, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011).
[50] M. Djumberansyah Indar, Perencanaan Pendidikan Strategi Dan Implementasinya (Surabaya:
Karya Abditama, 1995).
[51] Endang Sunarya, Perencanaan
Pendidikan Strategi Dan Implementasinya (Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa,
2000).
[52] Sa’ud, Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, 119–22.
[53] Indar, Perencanaan
Pendidikan Strategi Dan Implementasinya, 80–83.
No comments:
Post a Comment